Tiga Sifat Calon Penduduk Surga



Tiga Sifat Calon Penduduk Surga




السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ ، وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا ،

مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلا مُضِلَّ لَهُ ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلا هَادِيَ لَهُ ،

وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ،

أَمَّا بَعْدُ :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ  [آل عمران : 102]

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا  [النساء : 1]

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا (70) يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا (71) [الأحزاب : 70 ، 71]




Jama'ah Sholat Jumat yang kami muliakan, setiap orang diantara kita pasti ingin mendapatkan keutamaan masuk surga, dan ingin langsung memetik dan meneguk  kenikmatannya.

Tapi tahukah kalian akhlak yang harus dijaga oleh calon pemetik surga?

Jawabannya kita serahkan kepada Al-Imam Abul Laits As-Samarqodiy di dalam kitabnya “Tanbihul Ghofilin” (hlm. 134), beliau berkata,
وَيُقَالُ: ثَلَاثَةٌ مِنْ أَخْلَاقِ أَهْلِ الْجَنَّةِ، لَا تُوجَدُ إِلَّا فِي الْكَرِيمِ: الْإِحْسَانُ إِلَى الْمُسِيءِ، وَالْعَفْوُ عَمَّنْ ظَلَمَهُ، وَالْبَذْلُ لِمَنْ حَرَمَهُ
“Dikatakan (oleh sebagian ulama): ‘Tiga diantara akhlak calon penduduk surga, tidak didapati, melainkan pada orang yang mulia : Berbuat baik kepada orang yang berlaku buruk, memberi maaf bagi orang yg menzholiminya, dan berbagi sesuatu kepada orang yang menahannya dari pemberian.”


Inilah tiga akhlak calon penduduk surga :

1.    BERBUAT BAIK KEPADA ORANG YANG BERLAKU BURUK
Jika ada keluarga kita yang memutuskan tali silaturahimnya dengan kita, maka kita jangan hadapi dengan keburukan. Bahkan kita berusaha berbuat baik semaksimal mungkin, dg memberinya nasihat, membantu kesusahan hidupnya, mengirimkan hadiah kepadanya, mengirim salam kepadanya melalui orang lain.

Hendaknya selalu kita berbuat baik kpd mereka dan jangan berbuat buruk kepada mereka, agar kecintaan itu kembali muncul.

Abdullah bin Umar –radhiyallahu anhu- berkata,
مَنِ اتَّقَى رَبَّهُ، وَوَصَلَ رَحِمَهُ، نُسِّئَ فِي أَجَلِهِ، وَثَرَى مَالُهُ، وَأَحَبَّهُ أَهْلُهُ
“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Tuhannya, menyambung tali silaturahimnya, maka ajalnya (umurnya) akan dipanjangkan, dan hartanya akan diperbanyak, dan keluarganya akan mencintainya.” [HR. Al-Bukhori dalam Al-Adab Al-Mufrod (no. 59), dan di-hasan-kan oleh Syaikh Albani]

Di dalam sebuah hadits, Abu Hurairah –radhiyallahu anhu- berkata,
أنَّ رَجُلاً، قَالَ: يَا رسول الله، إنّ لي قَرَابةً، أصِلُهم وَيَقْطَعُونِي، وَأُحْسِنُ إلَيْهِمْ وَيُسِيئُونَ إلَيَّ، وَأحْلُمُ عَنهم وَيَجْهَلُونَ عَلَيَّ!
فَقَالَ: «لَئِنْ كُنْتَ كَمَا قُلْتَ، فَكأنَّمَا تُسِفُّهُمُ الْمَلَّ، وَلا يَزَالُ مَعَكَ مِنَ اللهِ تَعَالَى ظَهيرٌ عَلَيْهِمْ مَا دُمْتَ عَلَى ذَلِكَ» . رواه مسلم.
“Bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Rasulullah –shollallohu alaihi wa sallam-, “Wahai Rasulullah,
Aku memiliki kerabat yang aku sambung, namun mereka memutuskan aku.
Aku berbuat baik kepada mereka, namun mereka berbuat buruk kepadaku.
Aku berlaku santun kepada mereka, namun mereka berlaku jahil atasku!
Beliau bersabda, “Apabila engkau benar demikian, maka seakan engkau menyuapi mereka abu panas, dan engkau akan senantiasa mendapat penolong dari sisi Allah selama engkau berbuat demikan.”  [HR. Muslim]

Siapa yang berbuat baik kepada orang lain, terlebih kepada keluarganya, maka hakikatnya ia berbuat baik untuk dirinya. Sebab pahala kebaikannya kembali kepada dirinya.
Allah –ta’ala- berfirman,
{إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا} [الإسراء: 7]
“Jika kamu berbuat baik, (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri.” [QS. Al-Israa’ : 7]

2.    MEMBERI MAAF BAGI ORANG YANG MENZHOLIMINYA
Memberi maaf adalah sesuatu yang amat berat, kecuali bagi mereka yang diberi taufiq.
Allah –ta’ala- berfirman,
{وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ} [الشورى: 40]
"Dan balasan suatu keburukan adalah keburukan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah.  Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim." (QS. Al-Syura: 40)

Ibnu Katsir –rahimahullah- berkata,
فَشَرَعَ الْعَدْلَ وَهُوَ الْقَصَاصُ، وَنَدَبَ إِلَى الْفَضْلِ وَهُوَ الْعَفْوُ
“Jadi, Allah syariatkan sikap adil, yaitu qishosh, dan mendorong kepada keutamaan, yaitu : memberi maaf.” [Tafsir Ibnu Katsir (7/212)]



Penutup Khutbah Pertama :
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ _ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ

Pembuka Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ للهِ عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ،

وَأَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِهِ،

وَأْشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ :
اَلدَّاعِيْ إِلَى رِضْوَانِهِ، اَلْهَادِيْ إِلَى إِحْسَانِهِ،

وَصَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَأَعْوَانِهِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.

أَمَّا بَعْدُ

((يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ)) [آل عمران : 102]





3.    BERBAGI SESUATU (BERUPA INFAQ, SEDEKAH, HADIAH, DAN LAINNYA) KEPADA ORANG TIDAK MEMBERINYA SESUATU

Berbagi dan bersedekah kepada yang lain, kita lakukan demi meraih pahala, bukan karena ingin mendapatkan pahala. Sehingga jika tidak diberi, akhirnya tidak lg bersedekah kepada si fulan yg tidak memberinya sesuatu.

Allah perintahkan kita bersedekah sbg bekal kita di akhirat :
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِمَّا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لَا بَيْعٌ فِيهِ وَلَا خُلَّةٌ وَلَا شَفَاعَةٌ } [البقرة: 254]
“Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezki yang telah kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa’at. (QS. Al Baqarah: 254)

Keutamaan sedekah disebutkan dalam banyak hadits :

Pertama, sedekah dapat meredakan murka Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam :
 إِنَّ صَدَقَةَ السِّرِّ تُطْفِيءُ غَضَبَ الرَّبِّ
“Sesungguhnya sedekah yang tersembunyi, (dapat) meredam murka Allah Ta’ala” (HR. Thobroni dalam Al-Mu’jam Al-Kabir, dan dihasankan oleh Syaikh Albani dalam Shahih at-Targhib).

Kedua, sedekah menghapuskan kesalahan dan memadamkan percikan apinya, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam :
 وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ
“Sedekah menghapuskan kesalahan, sebagaimana air memadamkan api” (HR. Ibnu Hibban dalam Shohih-nya. Dishohihkan oleh Albani dalam Shohih At Targhib).

Ketiga, sedekah menjaga pelakunya terhindari dari api neraka, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam :
 فَاتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ
“Maka peliharalah (diri) kalian dari api neraka, sekalipun dengan setengah biji kurma (yang disedekahkan).” [HR. Al-Bukhoriy dan Muslim]

Keempat, pelaku sedekah berada dalam naungan sedekahnya pada hari kiamat nanti, sebagaimana hadits ‘Uqbah bin ‘Amir Radhiyallahu ‘Anhu menuturkan, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
 كُلُّ امْرِئٍ فِي ظِلِّ صَدَقَتِهِ حَتَّى يُقْضَى بَيْنَ النَّاسِ
“Setiap orang berada di bawah naungan amalan sedekahnya, hingga digelar pengadilan di antara manusia”

Yazid berkata :
وَكَانَ أَبُو مَرْثَد لاَ يُخْطِئُهُ يَوْمٌ إِلاَّ تَصَدَّقَ فِيهِ بِشَيْءٍ وَلَوْ كَعْكَةً أَوْ بَصَلَةً أَوْ كَذَا
“Tidaklah satu hari Abu Martsad berbuat suatu kekeliruan, melainkan ia (segera) bersedekah dengan sesuatu apa saja di hari itu (juga). Meskipun hanya dengan sepotong kue (ka’kah) atau bawang putih atau semacamnya.” [HR. Ibnu Khuzaimah dan dishohihkan oleh SYaikh Albani dalam SHohih At-Targhib]

Kelima, pada amalan sedekah terkandung penawar untuk berbagai jenis penyakit jasmani, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam:
دَاوُوْا مَرْضَاكُمْ بِالصَّدَقَةِ
“Obatilah penyakit-penyakit kalian melalui sedekah.” [HR. Ath-Thobroni dalam Al-Mu’jam Al-Kabir. Dihasankan oleh Albani dalam Shohih At-Targhib]



Doa Penutup Khutbah
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ رَضِيَ لَنَا اْلإسْلاَمَ دِيْنًا، وَنَصَبَ لَنَا الدَّلاَلَةَ عَلَى صِحَّتِهِ بُرْهَاناً مُّبِيْناً، وَأَوْضَحَ السَّبِيْلَ إِلَى مَعْرِفَتِهِ وَاعْتِقَادِهِ حَقًّا يَّقِيْناً، وَوَعَدَ مَنْ قَامَ بِأَحْكَامِهِ وَحَفِظَ حُدُوْدَهُ أَجْراً جَسِيْماً،

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلاًّ لِّلََّذِينَ آمَنُوا، رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ

اللَّهُمَّ اغْفِرْلَنَا ذُنُوْبَنَا وَ ذُنُوْبَ وَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ 
وَصَلى الله وسَلم عَلَى مُحَمد تسليمًا كَثيْرًا وآخر دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ ِللهِ  رَبِّ الْعَالَمِيْنَ


Komentar

Postingan populer dari blog ini

شرح الحديث 112 - 113 - الترغيب في نشر العلم والدلالة على الخير - من صحيح الرغيب

شرح الحديث 66 من رياض الصالحين